Selasa, 04 September 2012

Tahukah Anda Indahnya Sabar?




Allah SWT berfirman dalam QS Al-Anfal : 46 “Hendaklah kamu bersabar, sesungguhnya Allah itu bersama orang-orang yang sabar”.

Sabar menurut bahasa berarti menahan atau mengekang (QS Al-kahfi [18] : 28) Dan menurut istilah artinya menahan diri dari sifat gundah dan emosi, menahan lisan dari mengeluh dan berkeluh kesah, atau menahan hati dari amarah serta menahan anggota badan untuk tidak mengexpresikan kemarahan dalam bentuk perbuatan yang tidak pantas. Karena cakupan sabar ternyata cukup luas, gak heran jika sabar itu bernilai setengah keimanan, Ibnu Mas’ud RA. berkata: “Iman itu dua paruh (nishfu), separuh sabar dan separuh syukur”.

Syaidina Ali RA berkata:“Sabar itu dari iman, adalah seperti kedudukan kepala dari tubuh. Tidak ada tubuh bagi orang yang tidak mempunyai kepala. Dan tidak ada iman, bagi orang yang tiada mempunyai kesabaran”.

Menurut Rasulullah SAW orang mukmin diistilahkan dengan ajaban (orang yang memiliki pesona), karena pola berfikirnya yang positif thingking, yaitu ketika mendapat kebaikan, ia bersyukur dan ketika mendapat musibah ia bersabar dn bertawakal, karena yakin Allah hanya memberinya sesuatu yang positif (QS Asy-syarh [94] : 5-6), karena orang yang tidak beriman akan selalu tidak beruntung, sebab ia akan lupa diri ketika dilimpahkan kenikmatan dan lupa ingatan ketika ditimpa kesusahan.

Selain itu sabar juga dapat dibagi dalam tiga tingkatan
1. Sabar menjalankan keta'atan (makruf).
2. Sabar menjauhi maksiat (mungkar).
3. Sabar menghadapi sesuatu yang menyakitkan spt musibah (sakit atau kematian), bencana atau kesusahan.

Ketika cobaan menerpa, kita dituntut untuk ikhlas dan lapang dada, kemudian diiringi dengan mencari solusi (ihtiar) dan do'a (shalat). Karena kekuatan imanlah yang membuat seseorang sanggup bertahan menghadapi badai kehidupan (QS Ali Imran [3] : 102).

Ketahuilah dalam menghadapi musibah kecerdasan intelektual aja gak cukup untuk menghasilkan keputusan yang tepat, karena dibutuhkan juga kecerdasan emosional dan spiritual, karena sesungguhnya kesabaran itu terletak diantara kecerdasan emosional dan spiritual. Buah kesabaran itu sangat indah meski awalnya pahit rasanya tetapi setelah itu terasa lebih manis dari pada madu.

Dalam ungkapan orang bijak "Ahlush-shabri" itu ada tiga maqam
1. Maqam orang yang meninggalkan nafsu syahwat itu sederajad dengan orang yang bertobat (mutawwabin).
2. Maqam orang yang ridha dengan taqdir Allah SWT itu sederajad dengan orang yang zahid.
3. Maqam orang yang ridha atas apa yang diperbuat TuhanNya adalah derajadnya sama dengan orang shidiq (ash-shiddiqin)

Dikatakan bahwa Allah SWT menurunkan wahyu kepada nabi Daud AS: “Berakhlaklah dengan akhlakKu, Sesungguhnya sebagian dari akhlakKu, ialah, bahwa Aku Maha Sabar”

Pada hadits yang diriwayatkan ‘Atha’ dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Rasulullah SAW masuk ke tempat orang-orang Anshar, lalu beliau bertanya:
“Apakah kamu ini semua orang beriman?”.
Semua mereka diam. Maka menjawab Umar RA.: “Ya, wahai Rasulullah!”.
Nabi SAW lalu bertanya: “Apakah tandanya keimanan kamu itu?”
Mereka menjawab: “Kami bersyukur atas kelapangan. Kami bersabar atas percobaan. Dan kami rela dengan ketetapan Tuhan (qadha Allah Ta’ala)”.
Lalu Nabi SAW menjawab: “Demi Tuhan pemilik Ka’bah! Benar kamu itu orang beriman!”.

Subhanallah sungguh beruntung orang yang Allah karuniai kesabaran.

sabar itu bernilai setengah iman... bukan setengah muslim
artinya orang yang beringas itu orang yang gak kesabaran itu berarti bukan orang yang beriman meskipun dia muslimin

Perlu diketahui muslimin belum tentu mukminin sedangkan mukminin sudah tentu muslimin


Salah satu cara menuju keseimbangan ketiga aspek di atas dengan melatih meditasi keseimbangan. Meditasi ini dilakukan dalam upaya memberik`n suatu kerangka dalam hidup kita, tentang pola hidup bagaimana yang ingin kita terapkan dalam perjalanan hidup kita.

Dalam islam meditasi tertinggi adalah shalat yang khusyu', jangan ‘mencari’ khusyu’, cukup siapkan diri untuk ‘menerima’ khusyu’ itu, karena khusyu’ bukan kita ciptakan tapi ‘diberi langsung’ oleh Allah sebagai hadiah nikmat kita menemuiNya.

Bersikap rileks menyiapkan diri kita untuk siap ‘menerima’ karunia khusyu’, karena khusyu’ itu diberi bukan kita ciptakan.

Insya Allah dengan keikhlasan dan kepasrahan shalat kita akan mencapai keseimbangan ketiganya
3 tahun lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar