Oleh: Ustadz Drs. Mashuda, M.Pd
Menghadapi musibah, masalah, ketakutan, kekurangan, tekanan dan cobaan dengan sikap sabar lazim dilakukan semua orang.
Mereka
yang kuat bersabar dalam semua keadaan tersebut sambil terus berikhtiar
mencari solusi, perbaikan dan konsisten mendekati Allah SWT akan
mendapatkan berkah dan rahmat-Nya. (QS. Al Baqarah: 155-157). Hal itu
karena sabar merupakan modal yang senantiasa harus diperkuat secara
terus menerus oleh orang yang beriman di sepanjang jalan kehidupan.
Sabar
juga berkaitan dengan ketaatan dalam menjalankan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya. Mereka yang konsisten sabar dalam beribadah dan
menjauhi larangan-Nya, akan mendapatkan ketentraman hati, tambahan
petunjuk dan keyakinan serta kegembiraan atas janji Allah SWT. (QS.
Fushilat: 30-32).
Hal tersebut karena sabar dalam ketaatan dan
menjauhi larangan tidak lepas dari banyaknya tantangan, baik yang
berasal dari nafsunya sendiri, orang lain maupun bisikan busuk setan.
Kesabaran
dengan demikian merupakan prasyarat yang diperlukan dalam semua kondisi
kehidupan. Ibarat dua sisi mata uang, sabar merupakan jalan pilihan
dalam menyelesaikan beban kehidupan yang berat agar seseorang sampai ke
tempat tujuan dengan baik pada satu sisi. Sedangkan pada sisi lain,
sabar merupakan benteng pertahanan yang menjadikan seseorang konsisten,
tekun dan mantap dengan pilihan yang telah ditetapkan.
Bersabar
bukan berarti lemah dan menyerah terhadap keadaan. Bersabar justru
merupakan sikap posif dan menunjukkan kuatnya iman seseorang. Allah SWT
berfirman: "Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, Sungguh yang
demikian itu termasuk kewajiban dalam menghadapi perkara." (QS. Luqman:
17).
Bersabar yang dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan
bahkan menjadikan seseorang solid, kuat, berwibawa, disegani kawan
maupun lawan dan membawa keberhasilan serta kebahagiaan. Allah SWT
berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah dan kuatkanlah
kesabaranmu dan bersiap siagalah serta bertakwalah kepada Allah agar
kamu beruntung." (QS. Ali Imran: 200).
Kesabaran bukan sikap
defensif dan menerima keadaan dengan pasrah. Sebaliknya sabar merupakan
sikap ofensif jiwa dalam menolak kemungkaran dan larangan Allah serta
ketetapan hati yang kuat dalam menjalankan perintah-Nya dan mencari
solusi terbaik dalam mengatasi keadaan. Allah SWT berfirman, "Maka
kesabaran yang baik itu (adalah kesabaranku), Mudah-mudahan Allah
mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sungguh, Dialah Yang
Mahamengetahui Mahabijaksana." (QS, Yusuf: 83).
Kesabaran tidak
tumbuh sendiri layaknya pohon ilalang. Ia dimiliki melalui proses
panjang yang matang. Seseorang dapat dikarunia kesabaran dengan
pembiasaan-pembiasaan berikut:
Pertama, memiliki pandangan bahwa
apa yang melekat pada dirinya, orang lain dan dunia adalah amanah dari
Allah SWT dan berusaha untuk memfungsikan dirinya sebagai pengamban
amanah di hadapan manusia dan Allah SWT.
Kedua, bersikap
tumakninah dan ridha atas semua takdir yang diberikan Allah SWT,
sehingga bersikap enjoy dengan kenyataan apa pun yang dihadapi dengan
tetap berpegang pada agama Allah SWT.
Ketiga, sadar bahwa dalam
menjalankan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi, menghadapi
banyak tantangan yang berasal dari nafsunya sendiri, keluarga dan
komunitas di sekitarnya bahkan dari setan yang menjadi musuh bebuyutan
manusia. Kesabaran di sini merupakan separuh dari iman karena keyakinan
adalah iman yang sepenuhnya.
Keempat, Mengetahui cara-cara
meredakan amarah dengan berbagai cara dan polanya, sebagaimana petunjuk
Rasulullah SAW dalam berbagai hadisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar